Halaman

Jumat, 30 Maret 2012

ADAB, KECERDASAN EMOSIONAL

Adab, etika, tata krama adalah wujud kecerdasan emosi sesorang. Orang yang beradab pastilah tinggi ruhiyahnya, cerdas aqalnya, santun perilakunya.
Abdullah Ibnu Mubarok pernah mengatakan "untuk belajar adab dibutuhkan 10 tahun lebih lama dari pada waktu mempelajari ilmu". Sehingga jangan heran bila menemukan ada orang pandai secara keilmuan namun tidak beradab atau orang kurang pandai secara ilmu namun adabnya sangat santun. itu tergantung prioritasnya dalam hidup, ulmu yang dipelajarinya dan caranya memperoleh ilmu. sejatinya orang yang mencari ilmu dgn tartib ta'lim muta'allim akan berbeda dengan yang sekedar belajar dan meremehkan pengajarnya.


Saat ini kita dengan mudah menemukan orang berilmu tinggi (ditandai dengan gelar yang disandangnya dan jabatan yang dipangkunya) namun akhlaqnya tercela. Ini semata karena yang bersangkutan tidak memiliki adab. Sehingga jangan heran jika ditemukan lebih banyak koruptor di level orang berpendidikan dari pada yang pendidikannya hanya standar menengah bawah.
Dapat pula kita temukan dalam berbagai cerita, Adab yang hilang atau tidak beradabnya seseorang  membuat seseorang hilang pekerjaan, kehilangan pertemanan, persaudaraan dan kehilangan keluarga terdekatnya.
Adab sebagai tata krama setidaknya menetapkan 5 hal yang dapat menjadikan seseorang berkedudukan tinggi
1. Berilmu, dengan ilmunya dia memahamkan kebajikan.
2. Karakter baik yang kuat, sehingga mampu bersopan santun dan bersosialisasi dengan baik.
3. Faham akan fungsi, peran dan kedudukannya sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
4. Amanah, mampu menjalankan tugas-tugas dengan baik, konsisten dan komitmen tinggi.
5. Tabligh bil ahsan, mampu menjadi penyampai yang baik dengan cara yang baik.

Orang yang memiliki 5 hal ini akan menjadi mulia. Menurut sebagian ahli hikmah, tidak ada adab kecuali disertai dengan kepintaran, tidak disebut pintar bila tanpa sopan santun.

Orang yang tidak beradab berhak mendapat siksaan. Ibnul Qoyyim mengatakan: "Tetaplah bertegang teguh dgn etika secara dzohir dan bathin, barang siapa yang tdk punya adab bathin dan lahir, baginya pantas mendapat siksa secara dzohir dan bathin.

dinyatakan pula, barangsiapa yang menyepelekan adab, orang tersebut akan disiksa dengan sunnah nabi sehingga dia terhalang dari melakukan sunnah, kemudian setelah itu orang yang bersangkutan pun menjadi terhalang dari menunaikan kewajiban, kemudian hal tersebut membuat seseorang  terhalang dari Allah secara total. dan tempatnya yang paling layak setelah meninggalkan kebaikan Allah adalah Neraka!

Lalu, mengapa kita hrs beradab? adab atau tata krama akan menjadikan

1. Ketenangan disekitar kita.
2. Mencabut dendam dihati, rasa kesal terhadap sesama
3. Dapat memperkokoh ukhuwah, (tiang kebermasyarakat)
4. Menjadi jalan memperoleh ilmu yang bermanfaat.

Tingkatan Adab

1. Adab kepada Allah
    Manusia yang adabnya sesuai keinginan Allah dapat menghantarkannyakesyurga.

    Ibnul Qoyyim mengatakan ada 3 adab yang mesti dilakoni manusia kepada Allah:

1. Menjaga kesempurnaan adab kpd Allah
2. Menjaga hati agar tidak berpaling dari selain Allah
3. Menjaga perbuatan dari segala kemurkaan Allah

2. Adab kepada rosululloh (ketaatan kepada rosul, tunduk kepada segala perintahnya,    
    menerima berita rosul dengan membenarkannya)

3. Adab kepada makhluq.
   
Adab kepada manusia terbagi bagi tingkatannya:
1. Adab orang tua kepada anak
2. Anak kepada orang tua
3. Adab kepada saudara sekandung, saudara misan dsb.
4. Adab kepada tetangga
5. adab kepada rekanan ker

Sinergi Dalam Dunia Pendidikan

Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar tercipta keaktifan dalam pengembangan diri sehingga spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan peserta didik terpenuhi bagi diirinya masyarakat dan bangsanyaa. (UU tentang Sisdiknas, UU RI No 20 Tahun 2003) simple, but no simple in praktik....

Sejatinya, jika kita menilik berbagai sumber yang menjadi acuan tentang pendidikan, maka peran pendidik menjadi seolah-olah memiliki peran sentral. Shingga menjadi sebuah tuntutan juga bagi pendidik yang lebih akrab disebut guru, dalam mayoritas literatur disebutkan bahwa guru mesti memiliki kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi.

Dalam pasal 8 UURI no 14 tahun 2005 mengenai guru dan dosen memang dinyatakan bahwa ”Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu “Pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (UU tentang Sisdiknas Bab I pasal 1 ayat 2).

Kualifikasi akademik semestinya tidak hanya diinterpretasikan bahwa guru yang bersangkutan haruslah lulusan dari keilmuan yang diajarkannya. Kalaupun harus, maka itu hanya menjadi syarat minimal. kualifikasi akademik mestinya dinisbatkan dari kualifikasi sang guru terhadap keilmuan yang akan diajarkannya, berdasarkan study otodidak sekalipun. Otomatis guru tersebut layak disebut kompeten dan layak di apresiasi dengan Sertifikat atau KMM ( Kelayakan Mendidik Manusia).

Maka sejauh ini, konsep yang dikemukakan tentang guru dalam dunia pendidikan formal jelas adanya. Seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki panggilan jiwa untuk membentuk generasi penerus yang pancasilais sesuai tuntunan UUD (bukan ujung-ujungnya duit!). Menancapkan keteguhan akan nilai agama yang dianut serta budaya yang berkolaborasi dengan kearifan lokal atau  kultural, nasional maupun budaya-budaya serapan yang positif yang masuk kewilayahnya. Memberikan sensitifitas yang otomatis menjadikan peserta didiknya peka terhadap segala inovasi yang berkembang sehingga mampu berperan serta dalam perkembangan zaman.

Penulis sepakat menyatakan bahwa pendidikan sejatinya mencerdaskan bukan memintarkan. Orang pintar sering mintar-mintari orang (sok pintar dan membodohkan), orang cerdas adalah orang yang tanggap dan mampu bersolusi.


mengutip Gardner, tokoh ini menekankan bahwa inteligensi hanya merupakan konstrak ilmiah yang secara potensial berguna.  Sehingga Jenis-jenis inteligensi Gardner :
A. Kecerdasan spasial, merupakan kecerdasan seseorang yang berdasar pada kemampuan menangkap informasi visual atau spasial, mentransformasidan meodifikasinya, dan membentuk kembali gambaran visual tanpa stimulus fisik yang asli. Kecerdasan ini tidak tergantung sensasi visual. Kemampuan pokoknya adalah kemampuan untuk membentuk gambaran tiga dimensi dan untuk menggerakkan atau memutar gambaran tersebut. Individu yang dominan memiliki kecerdasan tersebut cenderung berpikir dalam pola-pola yang berbentuk gambar. Mereka sangat menyukai bentuk-bentuk peta, bagan, gambar, video ataupun film sebagai media yang efektif dalam berbagai kegiatan hidup sehari-hari.
B. Kecerdasan bahasa, merupakan kecerdasan individu dengan dasar penggunaan kata-kata dan atau bahasa. Meliputi mekanisme yang berkaitan dengan fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatik. Mereka yang memiliki kecerdasan tersebut, mempunyai kecakapan tinggi dalam merespon dan belajar dengan suara dan makna dari bahasa yang digunakan. Pada umumnya merupakan ahli yang berbicara di depan public. Mereka lebih bisa berpikir dalam bentuk kata-kata daripada gambar. Kecerdasan ini merupakan aset berharga bagi jurnalis, pengacara, pencipta iklan.
C. Kecerdasan logis matematis. Kecerdasan tersebut mendasarkan diri pada kemampuan penggunaan penalaran, logika dan angka-angka matematis. Pola pikir yang berkembang melalui kecerdasan ini adalah kemampuan konseptual dalam kerangka logika dan angka yang digunakan untuk membuat hubungan antara berbagai informasi, secara bermakna. Kecerdasan ini diperlukan oleh ahli matematika, pemrogram komputer, analis keuangan, akuntan, insinyur danilmuwan.
D. Kecerdasan jasmani kinestetik. Kemampuan untuk mengendalikan gerakan tubuh dan memainkan benda-benda secara canggih, merupakan bentuk nyata dari kecerdasan tersebut. Individu akan cenderung mengekspresikan diri melalui gerak-gerakan tubuh, memiliki keseimbangan yang baik dan mampu melakukan berbagai maneuver fisik dengan cerdik. Melaui gerakan tubuh pula individu dapat berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya, mengingat dan memproses setiap informasi yang diterimanya. Kecerdasan ini dapat terlihat pada koreografer, penari, pemanjat tebing.
E. Kecerdasan musikal. memungkinkan individu menciptakan, mengkomunikasikan dan memahami makna yang dihasilkan oleh suara.. Komponen inti dalam pemprosesan informasi meliputi pitch, ritme dan timbre. Terlihat pada komposer, konduktor, teknisi audio, mereka yang kompeten pada musik instrumentalia dan akustik.
F. Kecerdasan interpersonal, merupakan kecerdasan dalam berhubungan dan memahami orang lain di luar dirinya. Kecerdasan tersebut menuntun individu untuk melihat berbagai fenomena dari sudut pandang orang lain, agar dapat memahami bagaimana mereka melihat dan merasakan. Sehingga terbentuk kemampuan yang bagus dalam mengorganisasikan orang, menjalin kerjasama dengan orang lain ataupun menjaga kesatuan suatu kelompok. Kemampuan tersebut ditunjang dengan bahasa verbal dan non-verbal untuk membuka saluran komunikasi dengan orang lain.
G. Kecerdasan intrapersonal, tergantung pada proses dasar yang memungkinkan individu untuk mengklasifikasikan dengan tepat perasaan-perasaan mereka, misalnya membedakan sakit dan senang dan bertingkah laku tepat sesuai pembedaan tersebut. Kecerdasan ini memungkinkan individu untuk membangun model mental mereka yang akurat, dan menggambarkan beberapa model untuk membuat keputusan yang baik dalam hidup mereka.


Maka Sinergi yang ideal untuk menciptakan keutuhan kecerdasan manusia adalah keterpautan stake holder (pemimpin tertinggi), lembaga pendidikan serta orang tua dalam kesetaraan tindakan menciptakan kecerdasan-kecerdasan tadi.




 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews