Halaman

Jumat, 30 Maret 2012

Sinergi Dalam Dunia Pendidikan

Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar tercipta keaktifan dalam pengembangan diri sehingga spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan peserta didik terpenuhi bagi diirinya masyarakat dan bangsanyaa. (UU tentang Sisdiknas, UU RI No 20 Tahun 2003) simple, but no simple in praktik....

Sejatinya, jika kita menilik berbagai sumber yang menjadi acuan tentang pendidikan, maka peran pendidik menjadi seolah-olah memiliki peran sentral. Shingga menjadi sebuah tuntutan juga bagi pendidik yang lebih akrab disebut guru, dalam mayoritas literatur disebutkan bahwa guru mesti memiliki kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi.

Dalam pasal 8 UURI no 14 tahun 2005 mengenai guru dan dosen memang dinyatakan bahwa ”Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu “Pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (UU tentang Sisdiknas Bab I pasal 1 ayat 2).

Kualifikasi akademik semestinya tidak hanya diinterpretasikan bahwa guru yang bersangkutan haruslah lulusan dari keilmuan yang diajarkannya. Kalaupun harus, maka itu hanya menjadi syarat minimal. kualifikasi akademik mestinya dinisbatkan dari kualifikasi sang guru terhadap keilmuan yang akan diajarkannya, berdasarkan study otodidak sekalipun. Otomatis guru tersebut layak disebut kompeten dan layak di apresiasi dengan Sertifikat atau KMM ( Kelayakan Mendidik Manusia).

Maka sejauh ini, konsep yang dikemukakan tentang guru dalam dunia pendidikan formal jelas adanya. Seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki panggilan jiwa untuk membentuk generasi penerus yang pancasilais sesuai tuntunan UUD (bukan ujung-ujungnya duit!). Menancapkan keteguhan akan nilai agama yang dianut serta budaya yang berkolaborasi dengan kearifan lokal atau  kultural, nasional maupun budaya-budaya serapan yang positif yang masuk kewilayahnya. Memberikan sensitifitas yang otomatis menjadikan peserta didiknya peka terhadap segala inovasi yang berkembang sehingga mampu berperan serta dalam perkembangan zaman.

Penulis sepakat menyatakan bahwa pendidikan sejatinya mencerdaskan bukan memintarkan. Orang pintar sering mintar-mintari orang (sok pintar dan membodohkan), orang cerdas adalah orang yang tanggap dan mampu bersolusi.


mengutip Gardner, tokoh ini menekankan bahwa inteligensi hanya merupakan konstrak ilmiah yang secara potensial berguna.  Sehingga Jenis-jenis inteligensi Gardner :
A. Kecerdasan spasial, merupakan kecerdasan seseorang yang berdasar pada kemampuan menangkap informasi visual atau spasial, mentransformasidan meodifikasinya, dan membentuk kembali gambaran visual tanpa stimulus fisik yang asli. Kecerdasan ini tidak tergantung sensasi visual. Kemampuan pokoknya adalah kemampuan untuk membentuk gambaran tiga dimensi dan untuk menggerakkan atau memutar gambaran tersebut. Individu yang dominan memiliki kecerdasan tersebut cenderung berpikir dalam pola-pola yang berbentuk gambar. Mereka sangat menyukai bentuk-bentuk peta, bagan, gambar, video ataupun film sebagai media yang efektif dalam berbagai kegiatan hidup sehari-hari.
B. Kecerdasan bahasa, merupakan kecerdasan individu dengan dasar penggunaan kata-kata dan atau bahasa. Meliputi mekanisme yang berkaitan dengan fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatik. Mereka yang memiliki kecerdasan tersebut, mempunyai kecakapan tinggi dalam merespon dan belajar dengan suara dan makna dari bahasa yang digunakan. Pada umumnya merupakan ahli yang berbicara di depan public. Mereka lebih bisa berpikir dalam bentuk kata-kata daripada gambar. Kecerdasan ini merupakan aset berharga bagi jurnalis, pengacara, pencipta iklan.
C. Kecerdasan logis matematis. Kecerdasan tersebut mendasarkan diri pada kemampuan penggunaan penalaran, logika dan angka-angka matematis. Pola pikir yang berkembang melalui kecerdasan ini adalah kemampuan konseptual dalam kerangka logika dan angka yang digunakan untuk membuat hubungan antara berbagai informasi, secara bermakna. Kecerdasan ini diperlukan oleh ahli matematika, pemrogram komputer, analis keuangan, akuntan, insinyur danilmuwan.
D. Kecerdasan jasmani kinestetik. Kemampuan untuk mengendalikan gerakan tubuh dan memainkan benda-benda secara canggih, merupakan bentuk nyata dari kecerdasan tersebut. Individu akan cenderung mengekspresikan diri melalui gerak-gerakan tubuh, memiliki keseimbangan yang baik dan mampu melakukan berbagai maneuver fisik dengan cerdik. Melaui gerakan tubuh pula individu dapat berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya, mengingat dan memproses setiap informasi yang diterimanya. Kecerdasan ini dapat terlihat pada koreografer, penari, pemanjat tebing.
E. Kecerdasan musikal. memungkinkan individu menciptakan, mengkomunikasikan dan memahami makna yang dihasilkan oleh suara.. Komponen inti dalam pemprosesan informasi meliputi pitch, ritme dan timbre. Terlihat pada komposer, konduktor, teknisi audio, mereka yang kompeten pada musik instrumentalia dan akustik.
F. Kecerdasan interpersonal, merupakan kecerdasan dalam berhubungan dan memahami orang lain di luar dirinya. Kecerdasan tersebut menuntun individu untuk melihat berbagai fenomena dari sudut pandang orang lain, agar dapat memahami bagaimana mereka melihat dan merasakan. Sehingga terbentuk kemampuan yang bagus dalam mengorganisasikan orang, menjalin kerjasama dengan orang lain ataupun menjaga kesatuan suatu kelompok. Kemampuan tersebut ditunjang dengan bahasa verbal dan non-verbal untuk membuka saluran komunikasi dengan orang lain.
G. Kecerdasan intrapersonal, tergantung pada proses dasar yang memungkinkan individu untuk mengklasifikasikan dengan tepat perasaan-perasaan mereka, misalnya membedakan sakit dan senang dan bertingkah laku tepat sesuai pembedaan tersebut. Kecerdasan ini memungkinkan individu untuk membangun model mental mereka yang akurat, dan menggambarkan beberapa model untuk membuat keputusan yang baik dalam hidup mereka.


Maka Sinergi yang ideal untuk menciptakan keutuhan kecerdasan manusia adalah keterpautan stake holder (pemimpin tertinggi), lembaga pendidikan serta orang tua dalam kesetaraan tindakan menciptakan kecerdasan-kecerdasan tadi.




0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews